Ketika menelusuri laman Instagram pribadinya, Sydney Hurley, 27 tahun, seringkali merasa bingung. Seperti kebanyakan warganet lainnya, ia mengalami kesulitan dalam menentukan kebenaran dari informasi yang diterima. Dari penelitian yang dilakukan, ternyata 86% konten gizi di Instagram tidak memiliki rujukan ilmiah yang jelas. Hal ini juga terjadi di platform lain seperti TikTok, di mana 97% video populer tentang nutrisi tanpa bukti ilmiah. Fenomena ini tidak terbatas hanya pada platform-platform besar, melainkan juga di berbagai platform lainnya di media sosial.
Masalahnya tidak hanya terbatas pada informasi yang tidak akurat, namun juga pada promosi diet ekstrem seperti diet keto atau puasa detoks. Sebagian besar informasi yang menyesatkan ini sering kali berakar dari sebutir kebenaran dan dapat berpotensi membahayakan penggunanya. Misalnya, beberapa influencer mempromosikan diet bebas lektin tanpa mempertimbangkan fakta bahwa lektin sebenarnya bisa dihilangkan melalui proses memasak makanan seperti kacang-kacangan.
Selain itu, terdapat promosi diet karnivora dan diet keto yang hanya menganjurkan konsumsi produk hewani tanpa buah, sayur, atau karbohidrat lainnya. Namun, penelitian jangka panjang tentang diet tersebut masih belum ada. Padahal, makanan sehat seperti buah, sayur, kacang-kacangan, biji-bijian memiliki manfaat kesehatan yang penting bagi tubuh.
Untuk memilah informasi yang benar, para ahli merekomendasikan beberapa langkah. Pertama, periksa keahlian influencer di media sosial. Influencer yang memiliki latar belakang sebagai dietisien terdaftar atau sarjana gizi dari kampus terakreditasi cenderung lebih kredibel. Kedua, selalu cek sumber dari informasi yang diberikan, apakah informasi tersebut didasarkan pada penelitian ilmiah yang terpercaya. Terakhir, waspadai tanda-tanda peringatan seperti testimoni yang tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, klaim yang bertentangan, atau akun yang menjual produk terkait. Hal ini penting untuk menjaga kredibilitas dan validitas informasi yang diterima.
