Informasi Prabowo Subianto Terkini dari Sumber Terpercaya

Bos Perusahaan Animasi di Menteng Mengancam Bunuh Karyawannya

Rabu, 18 September 2024 – 00:17 WIB

Jakarta, VIVA – Salah satu karyawan Perusahaan game art dan animasi, Brandoville Studio, yang berinisial CS mengaku juga sempat diancam dibunuh oleh bosnya, Cherry Lai. Cherry merupakan warga negara asing (WNA) asal Hongkong.

Baca Juga :

Polisi Gandeng Kemenaker hingga Imigrasi Buru Bos Perusahaan Animasi yang Diduga Aniaya Karyawan

“Keterangannya seperti itu (ada ancaman pembunuhan). Namun, nanti akan kami dalami ancaman pembunuhannya itu seperti apa,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Firdaus pada Selasa, 17 September 2024.
Namun, Firdaus menegaskan kasus mengenai pengancaman tersebut telah dilaporkan oleh korban ke Polda Metro Jaya, bukan ke Polrestro Jakpus. Kasus yang ditangani terkait dengan tindak pidana sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan.

Baca Juga :

Pengakuan Mengejutkan Karyawan Perusahaan Animasi di Menteng Soal Kelakuan Bosnya

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Susatyo Purnomo Condro diketahui telah membentuk tim khusus.

“Ancaman pembunuhan tersebut dilaporkan ke Polda. Sementara di sini, terkait dengan Undang-undang Ketenagakerjaan,” ujar Firdaus.

Baca Juga :

Disnaker Jakarta: Perusahaan Animasi di Menteng Lakukan Pelanggaran Pidana

“Kasus kekerasan tersebut telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya, sedangkan laporan di Polres Jakpus terkait dengan Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 78 dan Pasal 79,” jelas Firdaus.

Sebelumnya, seorang karyawan wanita yang berinisial CS melaporkan bos perusahaan game art dan animasi ‘BS’ di Menteng ke Polres Metro Jakpus. Dia melaporkan terkait dugaan kasus penganiayaan yang dilakukan bosnya.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Muhammad Firdaus mengkonfirmasi laporan tersebut. Dia menyebut bahwa bos perusahaan art dan animasi yang dilaporkan merupakan warga negara Hongkong.

“Korban sudah membuat laporan. (Inisialnya terlapor CL, warga negara Hongkong,” kata Firdaus saat dihubungi wartawan, Senin, 16 September 2024.

CS (27) yang bekerja di perusahaan game dan animasi di kawasan Jakpus membagikan pengalaman pahitnya sebagai korban kekerasan dari atasannya, C (43).

CS mengalami berbagai bentuk kekerasan selama dua tahun. Kekerasan tersebut meliputi kekerasan fisik, verbal, psikologis, dan bahkan pelecehan seksual.

“Saya mengalami banyak bentuk kekerasan, mulai dari fisik, verbal, hingga kekerasan psikologis, dan sebenarnya ada unsur pelecehan seksual juga,” ujar CS.

CS mengungkap bahwa kekerasan yang dialaminya dimulai sejak tahun 2022. Namun, puncaknya terjadi pada 2024 ketika C mulai melakukan kekerasan fisik secara langsung.

Menurut pengakuan CS, di tahun-tahun sebelumnya, C memaksa CS untuk menyakiti dirinya sendiri alih-alih melakukan kekerasan secara langsung.

“Di tahun-tahun sebelumnya, dia tidak memukul saya secara langsung. Dia lebih sering menyuruh saya menampar diri saya sendiri sekeras mungkin. Itu bisa terjadi hingga 100 kali setiap kali saya melakukan kesalahan,” kata CS dengan suara bergetar.

CS menyatakan bahwa jika dirinya tidak cukup keras dalam menyakiti dirinya sendiri, C akan memaksa untuk mengulangi tindakan tersebut.

“Jika dia merasa tamparannya tidak cukup keras, dia akan menyuruh saya mengulanginya. Setiap tamparan harus disertai suara keras dan dilakukan di kedua pipi. Dia sangat senang jika kacamata saya sampai terlepas,” ujar CS.

Selain itu, CS juga dipaksa menjalani hukuman fisik lainnya seperti berlari naik turun tangga sebanyak 45 kali dalam satu malam.

“Saya harus lari naik turun lima lantai sebanyak 45 kali dalam satu malam. Sangat melelahkan,” kenangnya.

Pada bulan Mei 2024, CS mengalami kekerasan paling parah ketika bos memaksa untuk membenturkan kepalanya sendiri ke tembok di lantai tiga kantor.

Saat diminta untuk melakukannya, CS tidak percaya bahwa bosnya tega memberikan perintah sekejam itu.

“Awalnya, saya tidak percaya ketika dia menyuruh saya membenturkan kepala ke tembok. Saya hanya melakukannya pelan, tetapi dia marah dan mengatakan saya harus melakukannya dengan keras,” ujarnya.

Exit mobile version