Makanan ultra-olahan memang terasa nikmat, namun sejumlah penelitian telah menyoroti dampak buruk konsumsi makanan ini bagi kesehatan. Pola makan tinggi makanan ultra-olahan dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, kecemasan, depresi, dan peningkatan risiko kematian. Bahkan, konsumsi makanan ultra-olahan juga bisa berdampak negatif pada kesehatan otak.
Menurut ahli saraf Pablo Quiroga Subirana, ada bukti ilmiah yang makin memperkuat hubungan antara makanan ultra-olahan dan risiko demensia. Makanan ini kaya akan gula, lemak jenuh, dan zat aditif buatan yang tidak hanya berpotensi merugikan jantung, tetapi juga mempercepat penuaan otak dan meningkatkan risiko Alzheimer.
Penelitian terbaru tahun 2022 menunjukkan bahwa mengonsumsi lebih dari 20% asupan kalori harian dari makanan ultra-olahan dapat menyebabkan masalah kognitif, terutama berdampak pada fungsi otak seperti eksekutif dan memori. Peradangan kronis yang dipicu oleh makanan ultra-olahan disebut sebagai penyebab utama dari efek buruk ini.
Adapun daging dan minuman ultra-olahan merupakan jenis makanan yang dianggap paling merugikan bagi kesehatan otak. Studi dari Virginia Tech menemukan bahwa orang yang mengonsumsi jenis makanan ini setiap hari memiliki risiko signifikan mengalami gangguan kognitif, termasuk penyakit Alzheimer.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 4.750 penduduk Amerika Serikat, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi daging ultra-olahan dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif hingga 17%. Begitu juga dengan minuman manis bergula, meskipun risikonya sedikit lebih rendah.
Namun, konsumsi total makanan ultra-olahan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif. Oleh karena itu, penting untuk memilih makanan dengan bijak dan tetap seimbang dalam pilihan konsumsi harian untuk menjaga kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan.
