Revitalisasi Teater Surabaya: Kritik Seniman Terhadap Ekosistem

Seni pertunjukan di Surabaya mendapat sorotan tajam dari para seniman terkait revitalisasi gedung teater di kota tersebut. Meskipun Pemerintah Kota Surabaya bersemangat untuk menghidupkan kembali gedung-gedung teater seperti Balai Budaya dan eks THR-TRS, para seniman merasa bahwa revitalisasi tersebut belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dasar dalam pertunjukan seni. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, berencana untuk menyelenggarakan pertunjukan rutin di Balai Budaya sementara kompleks THR-TRS akan menjadi pusat kreativitas pemuda.

Budayawan senior Surabaya, Heri Lentho, menekankan pentingnya memiliki fasilitas yang memadai seperti tinggi panggung, pencahayaan yang tepat, dan akustik yang baik. Dia berpendapat bahwa tidak adanya fasilitas yang sesuai dapat merusak ekspresi seni teater dan tari. Hal ini juga menyoroti menurunnya aktivitas teater kampung dan minimnya ruang bagi teater kampus untuk tampil secara rutin, yang dianggap sebagai akar penting dalam membangun budaya kritik dan kesadaran sosial masyarakat.

Beberapa seniman, seperti Hari Gulur, juga menyoroti bahwa meskipun beberapa gedung seperti Ciputra Hall memiliki kelebihan dari segi teknologi pencahayaan, namun tetap belum mampu menyamai kenyamanan dan proporsionalitas teater besar di kota-kota lain seperti Jakarta, Singapura, atau Jepang. Dengan masukan dari para seniman ini, diharapkan revitalisasi teater di Surabaya dapat lebih memperhatikan aspek-aspek teknis dan ekosistem yang mendukung proses kreatif serta memberikan pengalaman pertunjukan yang lebih baik bagi penonton.

Source link