Lima narapidana kasus terorisme di Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengikrarkan setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam sebuah upacara di Lapas Kelas II A Pasir Putih. Upacara tersebut dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono, dan dihadiri oleh sejumlah pejabat BNPT, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, serta Densus 88 Antiteror. Kelima narapidana terlibat dalam kelompok JAD dan JI, dengan salah satunya terlibat dalam peristiwa Bom Panci Bintara, Bekasi. Setelah mengucapkan ikrar setia, mereka melakukan penghormatan bendera Merah Putih dan menandatangani dokumen ikrar setia NKRI.
Kepala BNPT menyatakan bahwa deradikalisasi dilakukan dalam lapas, melibatkan tim terpadu dari berbagai instansi. Program ini berfokus pada identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, dan reintegrasi sosial para narapidana. Kolaborasi antara BNPT dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan menjadi kunci dalam penanggulangan terorisme. Diharapkan program ini dapat mencegah napiter kembali ke jaringan terorisme setelah bebas dari hukuman.
Jumlah teroris di Indonesia dipantau terus menurun, dan diharapkan tidak ada lagi recidivist di masa depan. Di Nusakambangan, sekitar 50 dari 115 narapidana telah menyatakan ikrar setia kepada NKRI. Tujuan kedepannya adalah mengembalikan semua narapidana ke masyarakat dengan menyatakan ikrar setia kepada NKRI, melalui tahapan dari lapas super maksimum hingga reintegrasi ke keluarga dan masyarakat.
