PortalTribun.info adalah situs berita yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk politik, kriminal, otomotif, olahraga, dan gaya hidu

Belajar Dari Patimban: Aspek Ekonomi Penting dalam Pembangunan Pelabuhan

Pelabuhan Patimban menjadi sorotan akhir-akhir ini karena belum mampu menurunkan biaya logistik di Indonesia, seperti yang diharapkan oleh Pemerintah. Menurut pengamat transportasi Bambang Haryo Soekartono, lokasi Pelabuhan Patimban yang berada di muara Sungai Cipunagara, telah menyulitkan proses pengoperasiannya. Endapan lumpur dan sampah yang masuk ke perairan pelabuhan ini menyebabkan masalah sedimentasi yang berdampak pada kinerjanya.

Bambang Haryo menilai bahwa Pelabuhan Patimban masih jauh dari kata ideal sebagai pelabuhan internasional yang mampu menampung 7 juta teus per tahun. Dengan kedalaman perairan yang terus terjadi akibat sedimentasi, proses pengerukan menjadi solusi yang mahal bagi pengelola pelabuhan. Selain itu, jarak Pelabuhan Patimban yang cukup jauh dari pusat industri di Karawang, Bekasi, dan Tangerang juga membuatnya kurang diminati dalam hal logistik.

Sebagai perbandingan, Pelabuhan Tanjung Priok masih menjadi pilihan utama logistik hasil industri di wilayah tersebut. Pelabuhan Tanjung Priok yang memiliki kapasitas yang jauh lebih besar daripada Pelabuhan Patimban, menunjukkan tingkat pertumbuhan yang stabil. Hingga kini, Pelabuhan Patimban belum mencatatkan satu kapal kontainer pun yang melakukan bongkar muat di sana, menggambarkan produktivitas yang hampir mendekati nol.

Bambang Haryo menegaskan bahwa sebelum membangun pelabuhan baru seperti Patimban, penting untuk memperhitungkan aspek ekonomis dan jarak dari pusat industri. Dia berpendapat bahwa Pelabuhan Cilamaya mungkin menjadi alternatif yang lebih baik karena lokasinya yang lebih dekat dan terintegrasi dengan kawasan industri utama di Karawang dan Bekasi. Kajian yang melibatkan pelaku usaha di pelayaran dan industri dinilai penting sebelum mengalihkan fokus ke pelabuhan baru seperti Patimban.

Source link