Informasi Prabowo Subianto Terkini dari Sumber Terpercaya

Diduga Korban Perundungan di Depok: Siswa Berkebutuhan Khusus

Diduga Korban Perundungan di Depok: Siswa Berkebutuhan Khusus

Jumat, 4 Oktober 2024 – 22:15 WIB

Depok, VIVA – Seorang siswa berkebutuhan khusus diduga menjadi korban perundungan di sekolah, inisial R (15). Peristiwa ini terjadi sejak lama dan peristiwa terakhir terjadi pada Selasa, 1 Oktober 2024. Saat itu, korban dibully oleh teman-temannya hingga akhirnya korban kesal dan memukul kaca kelas. Korban pun mengalami luka yaitu putus urat tangan dan dibawa ke rumah sakit.

Baca Juga :

Dibully Rekan Kerja, Karyawan di Jakpus Matanya Hampir Buta

Fahmi, orang tua korban mengatakan anaknya adalah siswa berkebutuhan khusus. Sebagai siswa inklusi, anaknya memang memerlukan pendampingan psikolog.

“Jadi anak saya kebetulan ini memang siswa inklusi, artinya anak berkebutuhan khusus (ABK) yang bersekolah di SMPN 8 Depok. Nah, memang dia butuh ada kapasitas psikologis, dia memang ada batas psikologis yang benar-benar harus dijaga,” katanya pada Jumat, 4 Oktober 2024.

Baca Juga :

Kemenkes Serahkan 70 Laporan Korban Perundungan PPDS ke Polda Jateng

Orang tua korban perundungan lapor polisi

Photo :
  • VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)

Dia pun tidak tahu penyebab anaknya mengalami perundungan. Namun, pada saat peringatan Hari Kesaktian Pancasila anaknya mengalami pemukulan.

Baca Juga :

Korban Bullying SMA Binus School Kekeuh Ada Dugaan Pelecehan

“Nah, pada tanggal 1 Oktober kemarin saat upacara, jadi ada pembully-an pada anak saya. Itu ada pemukulan dan fisik ya, ditendang dari belakang, dilempar batu mengenai mata dan mukanya. Habis itu, anak saya ini mencoba ingin membalas tetapi dia tidak bisa, karena anak ini emang tipikal autis ringan ya. Jadi dia melampiaskan amarahnya dengan memukul kaca. (Dia) memukul kaca, jadi mengenai kaca kelas itu mengakibatkan jempol lengan kirinya itu putus uratnya. Jadi pada tanggal 1 Oktober itu dilakukan operasi di Rumah Sakit Brimob. Alhamdulillah, itu bisa tersambung kembali,” ujarnya.

Dirinya menyayangkan pihak sekolah tidak ada yang konfirmasi ke rumah sakit ataupun mendatangi orang tua pada saat kejadian. Pihak sekolah baru datang ke rumah R keesokan harinya, namun ada ungkapan dari Kepala Sekolah yang dirasa tidak berkenan oleh Fahmi.

“Kayaknya ini masalah biasa ya, kayak luka biasa. (Kata-kata) itu yang saya sayangkan. Tetapi kalau dari respon dari Dinas Pendidikan sangat cepat, respon dari Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak juga akan memberikan pendampingan trauma untuk anak saya,” ungkapnya.

Fahmi menuturkan, terduga pelaku perundungan sebanyak tujuh orang. R kerap mengeluh sakit saat pulang sekolah. “Mungkin kemarin tanggal 1 Oktober itu, puncak marahnya anak saya gitu ya. Jadi dengan dia tidak bisa menahan emosinya lagi gitu, sudah lebih dari sekali seperti itu,” bebernya.

Akibat perundungan yang dialami R, kini anaknya tidak mau sekolah. R mengalami trauma sehingga harus mendapatkan pendampingan psikologis.

“Dia tidak mau sekolah dulu sih. tetapi dari dinas perlindungan perempuan dan anak dan psikologi sih yang ingin mendampingi anak saya. Kalau untuk luka karena pecahan kaca dia ada di tangan lengan sebelah kiri, jadi urat sebelah jempol kirinya itu terputus karena membuka kaca itu ya. Tetapi kalau untuk fisik, dia punggungnya sakit katanya. Ternyata, keterangan tadi dia bilang sempat mengingat itu ada ditendang dari belakang, sempat terjatuh juga,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

“Kayaknya ini masalah biasa ya, kayak luka biasa. (Kata-kata) itu yang saya sayangkan. Tetapi kalau dari respon dari Dinas Pendidikan sangat cepat, respon dari Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak juga akan memberikan pendampingan trauma untuk anak saya,” ungkapnya.

Exit mobile version