Ketidakhadiran sosok ayah di tengah-tengah keluarga belakangan ini menjadi perhatian dalam melihat perkembangan psikologis pada anak di Indonesia. Data menunjukkan bahwa sekitar 15,9 juta anak di Indonesia berpotensi tumbuh tanpa adanya peran ayah dalam kehidupan mereka. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah, seperti yang diutarakan oleh psikoterapis Kaytee Gillis dalam Psychology Today, berisiko lebih tinggi mengalami harga diri rendah, prestasi akademik yang buruk, dan kesulitan membangun hubungan yang sehat.
Penelitian dari Evolutionary Psychological Science menemukan bahwa kualitas dan keterlibatan ayah selama masa kanak-kanak memiliki dampak jangka panjang terhadap anak. Terutama bagi anak perempuan, sebuah studi menemukan bahwa ayah yang terlibat mungkin memperoleh nilai tertinggi, lebih kecil kemungkinannya mengalami masalah perilaku di sekolah, dan lebih kecil kemungkinan untuk menunjukkan depresi.
Selain itu, penelitian dari Behavioral Neuroscience menemukan bahwa ayah dengan anak perempuan cenderung lebih memperhatikan dan tanggap terhadap kebutuhan anaknya dibandingkan dengan ayah yang memiliki anak laki-laki. Studi ini juga menunjukkan bahwa ayah dengan anak perempuan menggunakan bahasa yang lebih analitis, yang dikaitkan dengan kesuksesan akademis di masa depan.
Namun, menjadi anak perempuan tanpa kehadiran ayah bisa membawa dampak yang signifikan. Seorang ayah yang tidak hadir secara emosional atau manipulatif pun dapat membuat anak perempuannya mengalami tekanan psikologis. Studi lain menemukan bahwa anak perempuan yang memiliki hubungan erat dengan ayah mereka cenderung meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.
Melalui berbagai penelitian dan pandangan ahli, pentingnya peran ayah dalam perkembangan anak khususnya anak perempuan semakin terlihat. Dari pencapaian akademis yang lebih baik hingga kesehatan mental yang lebih baik, keterlibatan ayah dalam kehidupan anak memiliki dampak yang signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.