Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menegaskan bahwa Pertamina tidak memanfaatkan situasi dan tidak mencari untung saat menjalankan tugas mengimpor bahan bakar minyak tambahan untuk stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta. Pertamina berharap bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) di SPBU-SPBU swasta akan tetap stabil di tingkat konsumen. Simon menjelaskan bahwa Pertamina mendapat mandat untuk ketahanan energi dan tugas utama saat ini adalah meningkatkan lifting bersama dengan kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas lainnya. Beberapa badan usaha pemilik SPBU-SPBU swasta, seperti Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil, setuju untuk mengimpor BBM tambahan melalui Pertamina, di luar kuota yang telah diberikan pemerintah kepada swasta.
Pada tahun 2025, masing-masing pemilik SPBU swasta diberikan kuota lebih besar 10 persen dibandingkan dengan tahun 2024. Namun, kuota yang lebih besar itu masih belum mencukupi kebutuhan SPBU-SPBU swasta, karena stok BBM tertentu habis dalam beberapa pekan terakhir. Untuk mengatasi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyarankan SPBU-SPBU swasta untuk mengimpor BBM tambahan melalui Pertamina dengan skema business to business (B2B), yang kemudian diterima dengan baik oleh badan usaha pemilik SPBU swasta.
Dalam proses impor BBM, Dirut Pertamina Simon A. Mantiri menegaskan bahwa Pertamina akan transparan dan terbuka. Simon menjamin bahwa mekanisme akan dilakukan dengan baik dan tidak akan membebani konsumen dengan harga yang lebih tinggi. Impor yang dilakukan oleh Pertamina merupakan bagian dari kolaborasi dengan swasta untuk menjaga operasional yang berkelanjutan dan tetap masuk secara komersial. Keseluruhan proses impor BBM ini dilakukan dengan cermat dan terbuka, sesuai dengan prinsip business to business (B2B) yang diterapkan Pertamina.