Budaya Saling Klakson Pengguna Vespa yang Mulai Terkikis Zaman
Tradisi simpel seperti saling klakson atau melambaikan tangan saat dua pengendara Vespa bertemu di jalan sebenarnya mengandung makna solidaritas yang dalam. Budaya ini telah lama menjadi bagian dari komunitas Vespa dan menjadi simbol persaudaraan di antara pecinta skuter asal Italia tersebut. Namun, sayangnya kebiasaan tersebut mulai memudar terutama di kalangan pengguna Vespa matik generasi baru.
Nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang selama ini ditunjukkan oleh pengguna Vespa klasik mulai tergeser dengan munculnya berbagai varian Vespa modern. Hal ini diakui oleh seorang pecinta Vespa klasik yang aktif dalam kegiatan komunitas, Om Benk. Ia berharap semangat persaudaraan dalam komunitas Vespa tetap dilestarikan oleh pengguna Vespa matik, meskipun dengan tanda salam yang lebih sederhana seperti klakson kecil.
Menurut pengamat transportasi, Muslich Zainal Asikin, interaksi sosial di antara pengguna Vespa berbeda dari pengguna motor lainnya karena tingginya rasa solidaritas di antara mereka. Budaya solidaritas ini dipengaruhi oleh sejarah panjang penggunaan Vespa di Eropa yang menjadi simbol gaya hidup, kebebasan, dan solidaritas di tengah keterbatasan ekonomi.
Di Indonesia, budaya solidaritas ini juga terlihat pada komunitas-komunitas Vespa seperti Lhapscoot yang berfokus tidak hanya pada hal otomotif tapi juga kegiatan sosial dan kemanusiaan. Namun, komunitas ini mengakui bahwa generasi baru pengguna Vespa, terutama yang menggunakan model matik, belum sepenuhnya memahami tradisi solidaritas tersebut.
Dalam arus modernisasi dan individualisme yang kian deras, menjaga tradisi kecil seperti saling klakson dan memberi salam bisa menjadi simbol kehangatan dan persaudaraan yang mulai langka di ruang publik. Kehangatan dan persaudaraan di antara pengguna Vespa bukan hanya cerita masa lalu, tapi juga merupakan fondasi yang harus dilestarikan untuk masa depan komunitas Vespa. Jadi, jangan biarkan solidaritas Vespa hanya jadi kenangan belaka.