Amerika Serikat mengusulkan rencana baru gencatan senjata sementara di Jalur Gaza, Palestina, selama bulan Ramadhan dan perayaan Passover, menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Israel akan menerima rencana tersebut yang diajukan oleh Utusan Khusus Presiden AS Steve Witkoff untuk gencatan senjata sementara selama periode Ramadan dan Passover. Keputusan ini diambil setelah diskusi keamanan yang dipimpin oleh PM Netanyahu dan dihadiri oleh menteri pertahanan, pejabat senior Kementerian Pertahanan, dan tim perunding, setelah berakhirnya 42 hari gencatan senjata Gaza. Ramadhan 1446 Hijriah dimulai pada 28 Februari dan berakhir pada 29 Maret, sementara Passover Yahudi akan dirayakan dari 12 hingga 19 April. Rencana tersebut menyerukan pembebasan separuh sandera Israel dari Gaza pada hari pertama pelaksanaannya, dengan harapan seluruh korban penculikan akan dibebaskan jika kesepakatan gencatan senjata permanen tercapai.
PM Netanyahu menyatakan bahwa Israel telah setuju dengan rencana AS atas kembalinya korban penculikan, meskipun Hamas belum menerima rencana tersebut. Jika Hamas bersedia mengubah posisinya, Israel siap untuk melakukan negosiasi lebih lanjut. Rencana juga mencakup persetujuan AS bahwa Israel dapat melanjutkan permusuhan setelah 42 hari jika negosiasi untuk gencatan senjata permanen dianggap tidak efektif. Ini merupakan langkah penting dalam menyelesaikan konflik di Jalur Gaza. Rencana ini telah mendapat sorotan dari berbagai sumber berita internasional, menunjukkan relevansi dan dampaknya yang signifikan dalam konteks geopolitik saat ini.
