Joshua Chamberlain adalah salah satu tokoh dalam sejarah yang saya kagumi. Beliau sebenarnya bukan tentara profesional. Beliau seorang profesor, seorang guru besar dalam sejarah klasik Romawi dan Yunani kuno, dan juga dalam ilmu retorika dari Negara Bagian Maine. Pada saat Perang Saudara Amerika Serikat meletus, yaitu pada tahun 1861 yang ditandai oleh pengepungan dan perebutan benteng di Charleston, South Carolina, Presiden Amerika Serikat pada saat itu menyatakan keadaan darurat perang dan meminta sukarelawan-sukarelawan dari semua negara bagian yang tergabung dalam Republik Amerika Serikat. Sebagian besar dari negara bagian yang tetap setia kepada Amerika Serikat adalah negara-negara bagian dari utara. 11 negara bagian, sebagian besar di selatan, memisahkan diri dari Amerika Serikat dan membentuk sebuah negara baru yang mereka namakan Confederated States of America (CSA). Mereka juga membentuk tentara CSA (Confederated States Army). Pada saat Abraham Lincoln memanggil sukarelawan-sukarelawan dari negara-negara bagian, di Negara Bagian Maine, terbentuklah resimen-resimen yang terdiri dari sukarelawan-sukarelawan yang tergabung dalam legiun yang dibentuk oleh gubernur negara bagian tersebut. Di Maine, terbentuklah resimen ke-20 Maine dan Professor Joshua Chamberlain dari Universitas Bowdoin College secara sukarela menyatakan bergabung dengan tentara sukarelawan yang membela Amerika Serikat. Oleh gubernur Negara Bagian Maine, Chamberlain diberi pangkat Letnan Kolonel dan menjadi komandan resimen dari resimen ke-20 Maine. Resimen pada saat itu kekuatannya bervariasi, ada yang 1.000 orang, ada yang 800, tapi berkisar antara 800-1000 orang. Yang tergabung dalam beberapa kompi.
Walaupun Joshua Chamberlain bukan tentara profesional dan tidak pernah mengalami pendidikan militer, apalagi ke akademi militer, ia sangat tekun belajar dari buku-buku taktik dan buku-buku teknik yang diberikan oleh tentara pusat. Karena kecerdasannya, ia cepat menguasai drill-drill yang diperlukan dalam teknik bertempur pada saat itu. Ia pun cepat menguasai resimennya dan memimpin resimennya dalam berbagai pertempuran. Meski mengalami luka, tetapi ia berhasil memimpin resimennya dalam pertempuran-pertempuran awal Perang Saudara Amerika.
Salah satu pertempuran yang paling hebat yang ia alami adalah Pertempuran Fredericksburg, dimana ia merupakan bagian dari pasukan federal pada saat itu dipimpin oleh Jenderal Burnside yang melakukan serangan menyeberangi Sungai Rappahannock dan berusaha untuk menguasai ketinggian di sebelah selatan dari Kota Fredericksburg.
Perang itu memberikan dampak besar pada dirinya karena ia tampaknya berpartisipasi aktif selama perang dan terus maju dengan sepenuh hati. Ia berjuang habis-habisan untuk memimpin pasukannya dari depan dan selalu bersama anak buahnya. Walaupun mengalami banyak luka, ia tidak pernah menyerah dan terus memimpin pasukannya.
Pada akhirnya, kesetiaan dan keberaniannya di medan perang membawanya meraih penghormatan tertinggi dari pemerintah Amerika Serikat untuk keberaniannya di daerah pertempuran, yaitu US Congressional Medal of Honor. Meskipun bukan bangsa Amerika, kita juga bisa belajar tentang kepemimpinan dan keberanian dari Joshua Chamberlain. Mungkin dengan kepemimpinan seperti itu, Amerika Serikat menjadi negara yang kuat pada abad ke-20 dan ke-21. Joshua Chamberlain telah membuktikan bagaimana seseorang yang rendah hati, berani, dan patuh dapat memberikan pengaruh besar dalam sejarah sebuah bangsa. Keberaniannya selama Perang Saudara Amerika juga membuatnya menjadi salah satu ikon dalam sejarah Amerika Serikat.